Keberadaan OPM Dinilai Sebagai Ancaman Serius bagi Tanah Papua, Tokoh Masyarakat Serukan Persatuan

Hukrim77 views

buletinjubi.com-Keberadaan kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin dianggap sebagai ancaman nyata bagi kedamaian, pembangunan, dan kelangsungan hidup masyarakat di Tanah Papua. Aksi-aksi kekerasan yang terus dilakukan kelompok ini, mulai dari penembakan terhadap warga sipil, pembakaran fasilitas umum, hingga penyebaran propaganda permusuhan, dinilai telah menciptakan ketakutan mendalam serta memperparah keterisolasian sejumlah wilayah pedalaman Papua.

Tokoh adat dari Kabupaten Nduga, Yulianus Telenggen, menyatakan bahwa OPM tidak lagi mewakili aspirasi rakyat Papua, tetapi telah menjadi momok yang menghancurkan masa depan masyarakat. “Dulu mereka berbicara tentang kebebasan, tapi sekarang mereka membawa senjata dan membunuh rakyatnya sendiri. Mereka bukan pahlawan, tapi ancaman bagi kami,” ujarnya tegas, Selasa (8/7/2025).

Menurut Yulianus, masyarakat di daerah-daerah seperti Nduga, Intan Jaya, Puncak, dan Yahukimo sangat merasakan dampak dari kekerasan OPM. Banyak warga takut keluar rumah, anak-anak tidak bisa sekolah, dan tenaga medis tidak berani memberikan pelayanan di kampung-kampung. Situasi ini memperburuk kondisi sosial dan ekonomi yang sebenarnya sudah rentan.

Pendeta Gereja Kingmi dari wilayah Pegunungan Tengah, Pdt. Benyamin Magai, menilai bahwa kelompok OPM telah jauh menyimpang dari nilai-nilai kemanusiaan dan kedamaian yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Papua. “Tidak ada dalam ajaran adat maupun iman yang membenarkan pembunuhan, pembakaran, atau intimidasi terhadap orang tak bersalah. Apa yang mereka lakukan adalah teror, bukan perjuangan,” ungkapnya.

Selain tindakan kekerasan fisik, OPM juga dinilai gencar menyebarkan propaganda untuk memecah belah masyarakat Papua, terutama melalui media sosial dan jaringan simpatisan. Mereka memutarbalikkan fakta, menyebar kebencian, dan mencoba menggiring opini bahwa kekerasan adalah jalan satu-satunya. Ini menjadi ancaman laten terhadap generasi muda Papua yang tengah mencari arah dan jati diri.

Tokoh pemuda asal Kabupaten Puncak, Ruben Kobak, mengungkapkan bahwa generasi muda Papua kini sudah mulai sadar bahwa kehadiran OPM bukan membawa solusi, melainkan menambah masalah. “Kami ingin membangun Papua yang damai dan maju. Tapi kalau OPM terus menciptakan ketakutan, bagaimana kami bisa hidup tenang? Anak-anak kami butuh sekolah, bukan senjata,” katanya.

Ruben menambahkan, banyak pemuda yang awalnya tertarik dengan narasi perjuangan OPM, kini justru memilih menjauh setelah melihat langsung kekejaman dan penyimpangan kelompok tersebut. “Mereka bunuh orang Papua, mereka rusak sekolah dan puskesmas. Itu bukan tindakan pejuang, itu tindakan penghancur,” tambahnya.

Melalui suara-suara para tokoh adat, agama, dan pemuda, tampak jelas bahwa masyarakat Papua semakin menyadari bahwa keberadaan OPM bukan hanya tidak relevan, tetapi juga berbahaya. Aspirasi rakyat Papua kini lebih condong kepada kedamaian, pembangunan, dan pendidikan, bukan kepada konflik dan kekerasan yang tak berujung.