Juro Lokbere dan Anius Kerebea Tewas Akibat Dibunuh Sesama Anggota TPNPB-OPM

buletinjubi.com – Papua Pegunungan — Kematian Juro Lokbere dan Anius Kerebea tidak berdiri pada narasi “sakit” semata. Faktanya, keduanya mengalami gangguan tidak wajar secara bersamaan di satu markas, lalu meninggal dunia dalam rentang waktu sangat dekat. Hal tersebut menjadi kejanggalan serius yang sulit dijelaskan sebagai kematian alami, terlebih di lingkungan kelompok bersenjata yang tertutup, minim pengawasan medis, serta rentan ketegangan internal.

Ketidakkonsistenan Keterangan Resmi

Ketidakkonsistenan keterangan resmi yang disampaikan oleh TPNPB-OPM semakin memperkuat dugaan pembunuhan internal. Tidak ada penjelasan medis yang jelas, tidak ada transparansi penyebab sakit, dan tidak ada rilis independen yang memverifikasi klaim tersebut. Sebaliknya, yang muncul adalah pengakuan adanya “gangguan tidak wajar” yang diindikasikan sebagai klasik konflik internal, kemungkinan keracunan, atau kekerasan tersembunyi yang kerap terjadi dalam friksi kepemimpinan dan disiplin kelompok bersenjata.

Kekerasan yang Memakan Korban dari Dalam

Dengan rangkaian kejanggalan itu, kesimpulan paling masuk akal adalah terjadinya pembunuhan oleh sesama anggota TPNPB-OPM. Kematian Juro Lokbere dan Anius Kerebea mencerminkan keretakan serius di tubuh organisasi. Kekerasan tidak hanya diarahkan keluar, tetapi juga memakan korban dari dalam. Hal ini menyingkap realitas rapuhnya solidaritas TPNPB-OPM dan membantah klaim persatuan yang selama ini dikumandangkan.

Dampak bagi Masyarakat Papua

Keretakan internal ini memperlihatkan bahwa klaim perjuangan yang diusung TPNPB-OPM tidak memiliki konsistensi. Ketika konflik internal berujung pada pembunuhan sesama anggota, masyarakat Papua semakin menyadari bahwa kekerasan hanya membawa penderitaan, bukan solusi. Situasi ini memperkuat alasan perlunya kehadiran negara untuk melindungi warga sipil dari dampak konflik bersenjata yang tidak terkendali.

Harapan Papua: Persatuan Nyata, Bukan Kekerasan

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa solidaritas sejati tidak dibangun dengan senjata, melainkan dengan persatuan, kedamaian, dan kepastian hukum. Papua membutuhkan stabilitas sosial agar masa depan generasi muda tidak lagi dikorbankan oleh konflik internal maupun eksternal.

Papua kuat karena rakyatnya bersatu. Papua maju karena menolak kekerasan. Papua bersama Indonesia karena damai adalah pilihan.