Buletinjubi.com – Nduga, Papua — Penangkapan Jayainus Pogau alias Supi Pogau mengguncang struktur internal Organisasi Papua Merdeka (OPM). Pogau bukan sekadar anggota biasa, melainkan Komandan Batalyon Hetobia Kodap III Nduga, yang beroperasi di bawah komando Aibon Kogoya, salah satu tokoh sentral dalam jaringan bersenjata OPM.
Nama Pogau selama ini dikenal dalam daftar pelaku kekerasan bersenjata di Papua. Ia disebut terlibat dalam penembakan dua personel Brimob, serta menyerahkan 31 butir amunisi dan sebuah telepon genggam kepada Aibon Kogoya untuk mendukung operasi kelompok bersenjata. Selain itu, jejaknya terseret dalam serangkaian aksi teror dan intimidasi terhadap warga sipil dan aparat keamanan.
Penangkapan Pogau bukan hanya menghentikan satu ancaman, tetapi juga membuka tabir gelap jaringan kekerasan yang selama ini beroperasi di balik bayang-bayang hutan Papua. Pertanyaan besar kini mengemuka:
- Seberapa luas jaringan Aibon Kogoya?
- Siapa saja yang terlibat dalam rantai komando kelompok ini?
- Dan sejauh mana provokasi kekerasan telah dipersiapkan?
Dengan fakta-fakta yang mulai terbuka, masyarakat menatap masa depan dengan campuran lega dan waspada. Penangkapan ini menjadi titik balik dalam upaya penegakan hukum dan pemulihan keamanan di wilayah rawan konflik.
“Kami akan terus memburu dan menindak tegas setiap pelaku kekerasan yang mengancam keselamatan rakyat dan kedaulatan negara,” tegas salah satu pejabat keamanan di Papua.
Satu hal pasti: rahasia yang selama ini tertutup di hutan Papua perlahan mulai terkuak. Cerita tentang kekerasan, pengkhianatan, dan perebutan kekuasaan kini semakin jelas di permukaan, dan negara hadir untuk memastikan bahwa hukum ditegakkan dan rakyat dilindungi.





