Isu Perpecahan di Tubuh OPM Kodap XIII Kagepaa Nipo Paniai, Benarkah Pernyataan Pimpinannya?

Opini12 views

buletinjubi.com-Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menjadi sorotan setelah muncul pernyataan dari salah satu pimpinan Mathius Gobay Kodap XIII Kagepaa Nipo Paniai yang menyebutkan adanya perpecahan internal dalam tubuh kelompok tersebut. Informasi ini mencuat ke publik melalui video yang diunggah di salah satu media sosial.

Dalam pernyataan tersebut, pimpinan OPM Kodap XIII Mathius Gobay mengungkapkan bahwa perbedaan pandangan, kepentingan pribadi, hingga perselisihan terkait pembagian logistik dan dana, menjadi pemicu utama retaknya solidaritas dalam kelompok yang sebelumnya mengklaim kompak memperjuangkan kemerdekaan Papua. Bahkan, beberapa anggota dikabarkan mulai keluar dari barisan atau memilih jalan sendiri yang bertentangan dengan instruksi komando pusat.

Menanggapi isu ini, tokoh masyarakat Paniai, Yulianus Gobay, menyebut bahwa perpecahan dalam tubuh OPM bukanlah hal yang mengagetkan. Ia menilai bahwa gerakan ini memang sejak awal dibangun tanpa struktur yang solid dan hanya mengandalkan kekerasan serta manipulasi isu.

“Bagaimana mungkin kelompok seperti ini bisa bersatu, jika yang mereka lakukan hanya saling tuduh, mencari keuntungan pribadi, dan memperalat masyarakat? Sekarang masyarakat mulai sadar, OPM tidak punya arah perjuangan yang jelas,” ujar Yulianus, Kamis (3/7/2025).

Menurutnya, situasi ini justru menjadi bukti bahwa perjuangan yang dilakukan oleh OPM tidak didasari oleh visi kolektif yang kuat, melainkan dipenuhi oleh ambisi pribadi dan perebutan pengaruh di antara para pimpinan. Hal ini berdampak langsung pada masyarakat, karena konflik internal OPM kerap berujung pada kekerasan terhadap warga sipil yang dianggap tidak berpihak pada salah satu faksi.

Tokoh agama Kabupaten Paniai, Pdt. Onesimus Youw, juga memberikan pandangannya mengenai situasi ini. Ia menyebut bahwa perpecahan yang terjadi di dalam OPM adalah konsekuensi dari perjuangan yang tidak berlandaskan pada nilai-nilai moral dan kemanusiaan. “Jika sejak awal mereka berjuang dengan cara kekerasan dan ketakutan, maka hasilnya pun adalah kerusakan dan perpecahan. Ini sudah waktunya masyarakat menolak ideologi seperti itu,” ujarnya.

Dari informasi yang dihimpun, beberapa anggota OPM Kodap XIII yang tidak lagi sepakat dengan pimpinan mereka (Mathius Gobay). Bahkan, sebagian dari mereka menyatakan keinginan untuk kembali hidup sebagai warga negara Indonesia yang taat hukum dan damai.

Tokoh pemuda Paniai, Semuel Mote, menyatakan bahwa generasi muda Papua kini mulai membuka mata terhadap realitas sebenarnya di balik nama besar OPM. “Kami tidak butuh konflik. Kami butuh pendidikan, kesehatan, dan masa depan. Jika OPM terus memecah diri dan membawa kekerasan, maka kami tidak akan ikut. Kami menolak,” tegasnya.

Pernyataan resmi terkait perpecahan ini masih terus ditelusuri oleh pihak berwenang. Namun satu hal yang pasti, konflik internal di tubuh OPM menjadi bukti nyata rapuhnya solidaritas dalam organisasi tersebut. Sementara itu, masyarakat berharap momentum ini menjadi titik balik bagi lebih banyak anggota OPM untuk meninggalkan jalan kekerasan dan kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.