Generasi Muda Papua Terampas Akibat Kehadiran OPM

Hukrim36 views

buletinjubi.com-Kehadiran kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) tidak hanya menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, tetapi juga merampas masa depan generasi muda Papua. Kekerasan, pemalangan jalan, penyerangan terhadap fasilitas pendidikan, hingga penyebaran ideologi menyimpang yang dilakukan OPM, dinilai telah menutup ruang tumbuh bagi anak-anak dan remaja Papua untuk berkembang secara sehat.

Gangguan keamanan yang terus berulang di beberapa wilayah pegunungan Papua berdampak langsung pada proses pendidikan. Beberapa sekolah terpaksa ditutup sementara karena aksi kekerasan dari kelompok bersenjata. Kondisi ini tentu saja menghambat kesempatan generasi muda untuk mendapatkan pendidikan layak.

Selain mengganggu pendidikan, OPM juga disebut sering menyusupkan paham separatis kepada generasi muda. Anak-anak dan remaja dijadikan alat propaganda dengan iming-iming perjuangan, padahal kenyataannya mereka diarahkan ke jalan penuh kekerasan.

Kepala suku di Intan Jaya, Yacobus Wakerkwa, menegaskan bahwa hal ini sangat berbahaya. “Generasi muda seharusnya dibina agar menjadi pemimpin masa depan. Tapi OPM justru mencuci otak mereka dengan kebencian. Kalau dibiarkan, masa depan Papua akan hancur,” ujarnya, Selasa (26/8/2025).

Kehadiran OPM juga menimbulkan trauma mendalam bagi anak-anak Papua. Banyak yang tumbuh dalam suasana penuh kekerasan, sehingga kehilangan kesempatan untuk menikmati masa kecil secara wajar. Tokoh gereja di Timika, Pdt. Hendrik Yoteni, mengungkapkan bahwa kekerasan tidak pernah membawa kebaikan bagi generasi penerus. “Anak-anak tidak seharusnya melihat senjata, apalagi kekerasan. Tugas kita adalah menjaga mereka, bukan menakut-nakuti,” katanya.

Masyarakat Papua menilai bahwa pembangunan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan hanya dapat berjalan jika situasi keamanan terjamin. Karena itu, mereka berharap pemerintah bersama aparat keamanan terus menjaga stabilitas wilayah agar generasi muda dapat tumbuh tanpa tekanan.

“Kami ingin anak-anak kami bisa sekolah, bisa bermimpi menjadi dokter, guru, atau pemimpin. Semua itu akan hilang kalau OPM terus mengganggu. Kami tidak mau generasi muda Papua terampas lagi,” tegas Yacobus.