Egianus Kogoya Dikutuk Keras oleh Kelompok OPM Terkait Aktivitasnya di Wamena

Daerah, Hukrim18 views

buletinjubi.com-Ketegangan internal dalam tubuh Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali mencuat ke permukaan setelah nama Egianus Kogoya, salah satu pimpinan kelompok bersenjata Kodap III Ndugama-Derakma, dikutuk keras oleh rekan seperjuangannya sendiri. Kecaman tersebut muncul menyusul aktivitas Egianus yang dinilai semakin brutal dan menyimpang dari prinsip-prinsip perjuangan awal OPM, terutama dalam aksinya di wilayah Wamena, Kabupaten Jayawijaya.

Sumber dari dalam kelompok menyebut bahwa tindakan Egianus dalam beberapa waktu terakhir, seperti penyanderaan warga sipil, pembakaran fasilitas umum, serta penembakan terhadap masyarakat tidak bersalah, telah menimbulkan keresahan di antara sesama anggota OPM. Bahkan, sejumlah pimpinan senior OPM menilai bahwa Egianus telah membawa organisasi ke arah kehancuran dengan menjadikan kekerasan sebagai alat utama perjuangan.

Tokoh adat Lanny Jaya, Yonas Tabuni, menilai bahwa apa yang dilakukan Egianus tidak mencerminkan perjuangan yang beradab. “Perjuangan itu tidak dilakukan dengan cara menyandera guru, membakar sekolah, dan menakut-nakuti rakyat. Itu bukan perjuangan, itu teror. Dan rakyat Papua adalah korbannya,” ujarnya, Selasa (24/62025).

Kecaman juga datang dari kalangan pemuda. Ketua Forum Pemuda Peduli Papua Damai, Nikolaus Yikwa, mengatakan bahwa Egianus Kogoya telah kehilangan legitimasi moral bahkan di mata kelompoknya sendiri. “Ketika dia mulai menyerang masyarakat dan tidak peduli dengan penderitaan rakyat, maka dia sudah bukan pejuang. Ia hanyalah ancaman bagi semua pihak, termasuk bagi sesama kelompok OPM,” tegas Nikolaus.

Sementara itu, Pendeta Abraham Magai dari Gereja Baptis Papua mengingatkan bahwa tindakan yang menjurus pada kekejaman terhadap rakyat sendiri tidak bisa dibenarkan atas nama apa pun, termasuk perjuangan politik. “Apa pun alasannya, menyakiti rakyat Papua adalah bentuk pengkhianatan. Saya bersyukur jika ada pihak dalam OPM yang menyadari bahwa Egianus telah melampaui batas,” ujarnya dalam kotbah Minggu di Wamena.

Masyarakat di Wamena dan sekitarnya berharap agar konflik bersenjata segera berakhir dan wilayah mereka kembali aman. “Kami sudah cukup menderita. Kami ingin sekolah buka, pasar ramai, dan anak-anak bisa bermain tanpa suara tembakan,” kata Maria Tabuni, tokoh perempuan dari Distrik Asotipo.

Perpecahan dalam tubuh OPM, terlebih dengan kecaman terhadap sosok sekuat Egianus Kogoya, menjadi pertanda bahwa perjuangan mereka tidak lagi memiliki satu visi yang jelas. Masyarakat pun kian sadar bahwa jalan kekerasan hanya akan membawa penderitaan, bukan kemerdekaan.