Bukti OPM Jadikan Anak-Anak Sebagai Alat Propaganda

Hukrim51 views

buletinjubi.com-Kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menuai sorotan setelah terungkap bukti bahwa mereka menjadikan anak-anak, baik asli Papua maupun pendatang, sebagai alat propaganda. Tindakan ini dinilai tidak hanya merugikan generasi muda Papua, tetapi juga melanggar nilai-nilai kemanusiaan dan hak anak.

Sejumlah laporan dari lapangan menunjukkan, OPM kerap melibatkan anak-anak dalam kegiatan mereka, mulai dari penyebaran informasi menyesatkan, menjadi kurir pesan, hingga dipaksa mengikuti demonstrasi seolah-olah bagian dari perjuangan. Hal ini memunculkan keprihatinan mendalam dari masyarakat dan para tokoh di Papua.

Tokoh masyarakat Papua, Yonas Wenda, menyebut praktik tersebut sangat berbahaya bagi masa depan generasi muda. “Anak-anak seharusnya dididik di sekolah, dibimbing untuk menjadi generasi penerus yang cerdas, bukan dijadikan tameng propaganda. OPM telah merusak masa depan anak-anak Papua dengan cara yang sangat tidak manusiawi,” ujarnya, Sabtu (6/9/2025).

Senada dengan hal itu, seorang tokoh agama di Wamena, Pendeta Markus Tabuni, menegaskan bahwa menjadikan anak-anak sebagai alat perjuangan adalah tindakan keji. “Dalam ajaran iman kami, anak-anak adalah titipan Tuhan. Mereka perlu dibimbing dengan kasih, bukan dicekoki dengan kebencian. Jika anak-anak terus dieksploitasi, maka yang hancur bukan hanya generasi, tapi juga tatanan sosial di Papua,” katanya.

Selain merugikan psikologis anak-anak, propaganda OPM juga memicu ketakutan di kalangan orang tua. Banyak keluarga merasa khawatir melepas anak-anak mereka ke sekolah atau tempat ibadah karena takut dimanfaatkan oleh kelompok bersenjata. “Kami ingin anak-anak kami aman, bisa belajar dengan tenang. Tapi selama OPM masih ada, rasa takut itu selalu menghantui,” ungkap Maria Loka, seorang ibu rumah tangga asal Yahukimo.

Masyarakat pun diimbau untuk lebih waspada dan tidak mudah terprovokasi oleh narasi yang dibangun OPM. “Kami meminta seluruh masyarakat, baik asli Papua maupun pendatang, untuk melindungi anak-anak kita dari propaganda. Jangan biarkan mereka menjadi korban politik kelompok yang hanya mementingkan kepentingan sempit,” tegas Ketua Dewan Adat Wilayah Meepago, Melkias Keya.

Eksploitasi anak-anak oleh OPM membuktikan bahwa perjuangan mereka tidak lagi murni. Sebaliknya, langkah ini menunjukkan keputusasaan kelompok tersebut dalam mencari pengikut. Harapan masyarakat Papua kini jelas, agar generasi muda dapat tumbuh tanpa bayang-bayang kekerasan dan propaganda, serta hidup damai dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.