Bukti Nyata OPM Jadikan Anak-anak dan Kaum Wanita Sebagai Alat Propaganda dan Tameng Hidup

Daerah, Hukrim42 views

buletinjubi.com-Kelompok kriminal bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menjadi sorotan setelah terungkap praktik keji mereka yang menjadikan anak-anak serta kaum wanita sebagai alat propaganda dan tameng hidup dalam setiap aksinya. Fakta ini semakin memperlihatkan bahwa OPM tidak segan-segan mengorbankan masyarakat sipil demi melindungi kepentingan kelompoknya.

Sejumlah laporan warga menyebutkan bahwa OPM kerap mengerahkan anak-anak dan perempuan untuk menghadang aparat keamanan. Mereka dipaksa maju di barisan depan ketika kelompok bersenjata itu berhadapan dengan aparat, sehingga aparat kesulitan mengambil tindakan tegas karena khawatir memakan korban sipil. Cara ini secara nyata melanggar prinsip kemanusiaan dan hukum perang internasional.

Selain itu, perempuan dan anak-anak juga kerap dipaksa menjadi objek propaganda. Foto-foto mereka sering dieksploitasi untuk membangun narasi seolah-olah rakyat Papua mendukung perjuangan OPM. Padahal, banyak di antara mereka terpaksa mengikuti karena tekanan dan ancaman dari kelompok bersenjata.

Tokoh masyarakat Papua, Markus Wanimbo, menilai praktik OPM ini adalah bentuk kejahatan kemanusiaan. “Anak-anak dan perempuan itu harusnya dilindungi, bukan dijadikan tameng. OPM telah merendahkan martabat kemanusiaan hanya demi kepentingan politik dan propaganda,” ujarnya dengan nada geram, Senin (15/9/2025).

Hal senada disampaikan Tokoh adat wilayah Meepago, Albert Tabuni, yang menegaskan bahwa tindakan OPM jelas bertentangan dengan nilai-nilai adat Papua. “Dalam adat kami, anak-anak dan perempuan adalah bagian yang harus dijaga. OPM justru mempermalukan nilai luhur itu dengan menjadikan mereka perisai hidup. Ini sangat memalukan,” katanya.

Masyarakat Papua sendiri semakin menyadari bahwa OPM bukanlah pelindung, melainkan ancaman. Banyak keluarga yang merasa resah karena anak-anak mereka bisa sewaktu-waktu dipaksa ikut aksi kelompok tersebut. Ketakutan ini membuat sebagian warga memilih mengungsi ke daerah yang lebih aman atau mendekat ke pos aparat keamanan.

Tindakan OPM ini semakin memperburuk citra mereka, baik di mata masyarakat Papua maupun dunia internasional. Alih-alih menunjukkan perjuangan yang bermartabat, mereka justru mengungkapkan wajah asli yang penuh dengan kekerasan, manipulasi, dan pemaksaan.