Berdalih Kemerdekaan, OPM Semakin Brutal dan Rampas Ruang Hidup Masyarakat Papua

Hukrim110 views

Kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menjadi sorotan tajam setelah serangkaian tindakan brutal yang dilakukan di berbagai wilayah Papua. Dengan dalih memperjuangkan kemerdekaan, kelompok tersebut justru semakin sering merampas ruang hidup masyarakat Papua sendiri, menimbulkan penderitaan dan ketakutan di tengah warga yang seharusnya mereka lindungi.

Dalam beberapa bulan terakhir, OPM diketahui memperluas aktivitasnya di sejumlah distrik terpencil seperti Yahukimo, Dogiyai, dan Puncak. Mereka mendirikan pos-pos liar di jalur utama masyarakat, melakukan penyanderaan, pemerasan, hingga melarang warga beraktivitas di ladang maupun kebun. Akibatnya, ribuan masyarakat kehilangan sumber penghidupan. Banyak yang terpaksa mengungsi ke hutan atau wilayah tetangga demi menghindari kekerasan.

Tokoh masyarakat asal Dogiyai, Markus Kotouki, menilai bahwa tindakan OPM sudah jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan sama sekali tidak merepresentasikan perjuangan rakyat Papua. “Mereka mengaku berjuang atas nama rakyat, tapi yang mereka tindas justru rakyat itu sendiri. Masyarakat tidak lagi punya ruang untuk hidup tenang. Ladang mereka diambil, anak-anak takut ke sekolah, dan kami hidup dalam ancaman,” ungkapnya dengan nada getir, Rabu (22/10/2025).

Menurut Markus, banyak warga kini mulai sadar bahwa tindakan OPM hanya menimbulkan penderitaan. “Kami sudah lelah. Kalau mereka benar pejuang, seharusnya mereka membangun, bukan menghancurkan. Sekarang OPM hanya membawa kekacauan dan membuat masyarakat Papua semakin miskin,” tambahnya.

Sementara itu, Pendeta Yulianus Waine, tokoh gereja di wilayah Paniai, juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas meningkatnya kekerasan yang dilakukan OPM. Ia mengatakan bahwa aksi kekerasan dan perampasan yang dilakukan kelompok bersenjata itu tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan maupun ajaran moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Papua. “Tuhan tidak pernah mengajarkan kebencian dan kekerasan. Mereka yang menembak, membakar, dan menakuti rakyat bukanlah pejuang, melainkan pembawa kehancuran,” ucapnya.

Dengan dalih perjuangan yang semakin kehilangan makna, OPM kini menghadapi gelombang penolakan dari rakyat Papua yang sudah muak dengan kekerasan. Masyarakat berharap, suara mereka untuk hidup damai tanpa ancaman peluru dan ketakutan dapat menjadi akhir dari penderitaan panjang di Tanah Papua.