Buletinjubi.com – Dari jauh, ribuan kilometer dari tanah kelahirannya, Benny Wenda kembali memainkan narasi lama. Ia menuduh, memutarbalikkan fakta dan menyebar kebencian atas nama perjuangan. Lewat media asing dan jaringan simpatisan di luar negeri, ia menebar hoaks tentang kondisi Papua, seolah-olah tanah itu terbakar oleh negara yang menelantarkannya.
Padahal, di balik layar propaganda itu, rakyat Papua, Apkam dan Pemerintah terus berjuang membangun kehidupan sekolah, pasar, jalan dan rumah sakit berdiri menggantikan sisa-sisa konflik dari serangan OPM. Tapi di dunia maya, suara Benny Wenda bergema lebih keras daripada kenyataan. Ia bicara tentang penindasan, sementara rakyat yang ia klaim bela justru jadi korban disinformasi yang ia sebar.
Kebohongan disulap menjadi berita, simpati dunia dijadikan alat dan nama Papua dijual demi kepentingan pribadi. Dari luar negeri, Benny Wenda mungkin merasa berjuang. Tapi di tanah yang ia tinggalkan, yang menderita adalah rakyat yang terus dipaksa hidup dalam bayang-bayang narasi palsu.
