Benny Wenda Hidup Mewah di Luar Negeri, Diduga Hasil Perampasan terhadap Masyarakat Papua

Hukrim34 views

buletinjubi.com-Nama Benny Wenda kembali menjadi sorotan setelah muncul laporan mengenai gaya hidup mewahnya di luar negeri. Ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) itu disebut menikmati fasilitas dan kenyamanan hidup serba berkecukupan, sementara masyarakat Papua yang diklaim diperjuangkannya justru hidup dalam kesulitan dan tekanan akibat ulah kelompok separatis.

Informasi yang beredar menyebutkan bahwa Benny Wenda hidup di rumah mewah di kawasan elite di Inggris. Ia kerap tampil dengan pakaian berkelas, menghadiri acara internasional, serta berinteraksi dengan tokoh-tokoh asing. Namun, di balik kenyamanan yang ia nikmati, muncul dugaan kuat bahwa sumber pendanaan gaya hidup tersebut berasal dari praktik perampasan serta penjarahan yang dilakukan kelompok OPM terhadap masyarakat Papua di dalam negeri.

Menurut sejumlah tokoh lokal, OPM kerap melakukan pemerasan terhadap warga sipil, mengambil paksa hasil panen, bahkan merampas dana-dana pembangunan yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Dana hasil rampasan itu kemudian diduga dialirkan keluar negeri untuk mendukung aktivitas politik Benny Wenda sekaligus menopang kehidupannya.

Tokoh masyarakat Papua, Lukas Yarangga, menilai gaya hidup mewah Benny Wenda adalah bentuk pengkhianatan terhadap rakyat Papua. “Bagaimana mungkin ia berbicara soal penderitaan rakyat Papua, sementara ia sendiri menikmati kemewahan di luar negeri? Itu jelas-jelas kebohongan besar,” ujarnya dengan nada kecewa, Senin (15/9/2025).

Senada dengan itu, tokoh adat dari wilayah Lapago, Yonas Wanimbo, menegaskan bahwa masyarakat Papua kini semakin sadar akan manipulasi yang dilakukan Benny Wenda. “Ia tidak merasakan sulitnya hidup di Papua. Justru rakyat kecil yang diperas oleh OPM untuk membiayai hidupnya di luar negeri. Ini sangat memalukan,” katanya.

Dengan terbongkarnya gaya hidup mewah Benny Wenda di luar negeri, kepercayaan masyarakat terhadap OPM dan simpatisannya semakin menurun. Rakyat Papua kini mulai berani menyuarakan kekecewaan mereka, bahwa perjuangan yang dijual ke dunia internasional hanyalah kedok untuk memperkaya diri segelintir orang.