buletinjubi.com-Seruan Benny Wenda yang mengajak masyarakat Papua kembali ke tanah kelahiran mendapat tanggapan beragam. Alih-alih mendapatkan dukungan luas, ajakan tersebut justru memicu pertanyaan besar dari tokoh masyarakat Papua mengenai keberadaan dan komitmen Benny Wenda sendiri yang hingga kini masih menetap di luar negeri.
Dalam pernyataannya yang beredar melalui media asing, Benny Wenda menyebut bahwa saatnya orang Papua bersatu kembali di tanah leluhur untuk memperjuangkan masa depan. Namun, ajakan itu dinilai tidak sejalan dengan kenyataan, sebab ia sendiri enggan pulang ke Papua dan memilih hidup nyaman di Inggris.
tokoh pemuda Papua, Andi Murib. Ia menilai ajakan Benny Wenda justru terkesan ambigu dan membingungkan. “Masyarakat Papua tidak butuh janji. Mereka butuh keamanan, pendidikan, dan lapangan kerja. Kalau Benny Wenda mengajak kembali, pertanyaannya, dia sendiri ada di mana? Kenapa tidak kembali bersama-sama merasakan kehidupan di sini?” ujarnya, Kamis (4/9/2025).
Sementara itu, Pdt. Yulianus Wonda, tokoh gereja di Wamena, menekankan bahwa masyarakat sudah lelah menjadi korban janji-janji kosong. Menurutnya, banyak seruan dari tokoh luar negeri yang mengatasnamakan rakyat Papua, namun tidak pernah benar-benar memberi solusi. “Kita di sini yang menghadapi kenyataan. Rumah dibakar, sekolah ditutup karena konflik, dan anak-anak kehilangan hak belajar. Orang yang bicara dari luar tidak merasakan penderitaan itu,” katanya.
Masyarakat Papua kini semakin kritis terhadap propaganda yang datang dari luar negeri. Mereka menilai, orang-orang yang tinggal jauh dari tanah Papua tidak seharusnya mengatur nasib rakyat yang masih bertahan di kampung halaman. “Kalau betul peduli, datanglah ke Papua, tinggal bersama rakyat, rasakan penderitaan dan perjuangan yang sebenarnya. Jangan hanya bicara di depan kamera di luar negeri,” tutup Melkias Keya.
Seruan Benny Wenda kali ini kembali memperlihatkan jurang besar antara kepentingan politik dan realitas masyarakat Papua. Bagi banyak tokoh lokal, ajakan itu hanyalah omong kosong tanpa tindakan nyata. Yang dibutuhkan masyarakat saat ini bukanlah kata-kata manis dari kejauhan, melainkan kepastian hidup damai, pembangunan yang berkelanjutan, dan masa depan yang lebih baik di tanah Papua.