Anggota OPM Bongkar Kehidupan Mewah Panglima Tertinggi OPM di Luar Negeri, Rakyat Papua Merasa Dikhianati

Daerah, Opini105 views

buletinjubi.com-Sebuah pengakuan mengejutkan datang dari mantan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang memilih kembali ke pangkuan masyarakat. Ia membongkar fakta bahwa salah satu panglima tertinggi OPM yang selama ini mengklaim berjuang untuk kemerdekaan Papua, justru menikmati hidup mewah di luar negeri. Hal ini memicu kemarahan dan rasa kecewa dari masyarakat Papua yang selama ini dijadikan tameng oleh kelompok separatis tersebut.

Menurut pengakuan mantan anggota tersebut, pemimpin OPM itu tinggal di salah satu kota besar di Eropa, menetap dengan status pengungsi politik namun hidup dalam kenyamanan penuh. “Dia tinggal di apartemen nyaman, berkendara dengan mobil mewah, makan di restoran mahal, sementara kami yang di hutan bertarung dengan nyawa dan kelaparan,” ujar eks anggota yang identitasnya dirahasiakan demi alasan keamanan, Selasa (8/7/2025).

Pengakuan ini langsung menjadi pembicaraan di kalangan tokoh masyarakat dan pemuda Papua. Banyak pihak menyebut bahwa fakta tersebut menunjukkan adanya ketimpangan serius dan kepalsuan dalam gerakan OPM. Para pemimpinnya menikmati kehidupan aman dan nyaman di luar negeri, sementara rakyat Papua terus menderita akibat konflik berkepanjangan yang mereka provokasi.

Tokoh adat dari wilayah Puncak Jaya, Yulianus Wenda, menyebut bahwa pengakuan tersebut membuka mata masyarakat terhadap realitas sebenarnya dari gerakan OPM. “Rakyat Papua selama ini dijadikan alat. Mereka (OPM) bilang berjuang, tapi ternyata pemimpinnya hidup seperti raja di luar negeri. Itu bukan pejuang, itu penipu,” tegasnya.

Menurut Yulianus, masyarakat selama ini diminta mendukung perjuangan bersenjata, bahkan anak-anak muda direkrut untuk membawa senjata di hutan, sementara para pemimpin mereka tinggal jauh dari medan konflik dan tidak merasakan penderitaan. “Ini bentuk pengkhianatan terhadap rakyat Papua. Mereka tidak benar-benar peduli,” tambahnya.

Tokoh pemuda asal Lanny Jaya, Samuel Murib, juga menyayangkan kenyataan tersebut. Ia mengatakan bahwa banyak generasi muda Papua mulai merasa dimanfaatkan oleh gerakan separatis. “Mereka kirim anak-anak kita mati di gunung, tapi mereka minum kopi di Paris atau Amsterdam. Ini tidak adil. Kita harus berpikir ulang, siapa sebenarnya yang mereka perjuangkan?” ujarnya.

Bahkan tokoh gereja setempat, Pdt. Benyamin Telenggen, menyebut bahwa kemewahan para elite OPM di luar negeri bertolak belakang dengan penderitaan masyarakat Papua. “Tuhan mengajarkan kejujuran dan ketulusan. Kalau mereka bilang berjuang tapi menyimpan uang dan hidup nyaman di luar, itu bukan jalan yang diberkati. Itu penuh kebohongan,” ucapnya.

Pengakuan mantan anggota OPM ini menjadi sinyal kuat bagi masyarakat Papua untuk lebih kritis terhadap narasi perjuangan yang dikampanyekan oleh OPM. Kesadaran mulai tumbuh bahwa selama ini banyak warga dijadikan alat propaganda, sementara mereka yang mengaku sebagai pemimpin justru menjauh dari realitas dan penderitaan.