Hubungan Kelompok OPM dengan Egianus Kogoya Makin Meruncing, Ancaman Serangan dari Internal Menguat

Hukrim16 views

buletinjubi.com-Hubungan internal dalam tubuh Kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) dikabarkan mengalami kemunduran yang signifikan. Salah satu indikasinya terlihat dari ketegangan yang semakin memburuk antara Egianus Kogoya, pimpinan kelompok bersenjata di wilayah Nduga, dengan beberapa koleganya di struktur OPM. Bahkan, muncul informasi bahwa Egianus diancam akan diserang oleh sesama anggotanya sendiri.

Situasi ini menunjukkan adanya perpecahan di antara kelompok separatis bersenjata yang selama ini mengklaim berjuang demi kemerdekaan Papua. Beberapa sumber menyebutkan bahwa konflik ini dilatarbelakangi oleh ketidaksepahaman strategi gerakan, kecemburuan atas dominasi Egianus, serta ketidakpuasan atas gaya kepemimpinan Egianus yang dinilai otoriter dan tidak transparan dalam penggunaan logistik dan dukungan dana dari luar.

Tokoh masyarakat Papua, Yonas Wanimbo, menyebut bahwa konflik internal seperti ini merupakan konsekuensi dari perjuangan yang tidak memiliki landasan kuat. “Gerakan yang dibangun tanpa kepercayaan dan hanya bertumpu pada kekerasan akan rapuh dengan sendirinya. Egianus Kogoya terlalu banyak membuat keputusan sepihak yang merugikan orang-orang di sekitarnya. Tak heran kalau kini ia mulai dijauhi bahkan diancam dari dalam organisasinya sendiri,” ungkap Yonas dalam keterangannya di Wamena, Sabtu (12/7/2025)

Ketegangan ini juga terlihat dari saling sindir antar kelompok yang selama ini berada di bawah struktur OPM. Beberapa pimpinan kelompok di wilayah lain menyayangkan aksi brutal Egianus yang cenderung membabi buta dan tidak memperhitungkan keselamatan masyarakat sipil. Salah satu contoh paling disorot adalah penembakan dan penyanderaan warga sipil yang kemudian membuat kelompok OPM kehilangan simpati dari masyarakat lokal.

Tokoh pemuda Papua, Benny Dogopia, menilai bahwa fenomena ini merupakan bukti bahwa perlawanan bersenjata yang dikomandoi oleh Egianus dan kelompoknya bukanlah representasi dari keinginan rakyat Papua. “Masyarakat Papua saat ini menginginkan kedamaian, pembangunan, dan masa depan yang jelas, bukan hidup dalam ketakutan akibat perang saudara atau ancaman senjata,” tegasnya.

Menurut laporan dari berbagai pihak, saat ini sejumlah kelompok dalam struktur OPM telah menggelar pertemuan internal membahas langkah terhadap dominasi Egianus. Salah satu skenario ekstrem yang mencuat adalah menyerang markas kelompok Egianus di wilayah Pegunungan Bintang atau Nduga, yang dinilai menjadi sumber kekacauan selama ini.

Keretakan dalam tubuh OPM ini juga diikuti dengan mundurnya beberapa simpatisan dan anggota muda yang merasa kecewa dengan kondisi organisasi. Mereka mulai membuka komunikasi dengan tokoh-tokoh adat dan pihak pemerintah daerah untuk kembali ke masyarakat dan menjalani kehidupan normal.

Tokoh adat dari Lanny Jaya, Elias Murib, menambahkan, “Ini saatnya anak-anak Papua berhenti saling membunuh. Kalau mereka terus ikut Egianus, mereka akan ikut hancur. Kembali ke pangkuan masyarakat, tinggalkan kekerasan, karena masa depan Papua bukan di ujung senjata.”

Perpecahan ini menjadi titik balik dalam dinamika kelompok separatis Papua. Kepercayaan terhadap Egianus sebagai tokoh sentral mulai luntur. Jika konflik internal terus membesar, bukan tidak mungkin hal ini akan mempercepat kehancuran dari dalam kelompok itu sendiri.