OPM Peras Rakyat Papua untuk Beli Senjata, Jadikan Warga sebagai Tameng Hidup

Hukrim68 views

buletinjubi.com-Kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menjadi sorotan akibat tindakan brutal dan tidak berperikemanusiaan terhadap masyarakat Papua. Selain terus melakukan aksi kekerasan bersenjata, OPM juga diketahui memeras masyarakat di berbagai wilayah untuk memperoleh dana pembelian senjata dan amunisi. Lebih miris lagi, dalam kondisi terdesak oleh aparat keamanan, mereka menjadikan rakyat sipil sebagai tameng hidup.

Praktik pemerasan ini banyak terjadi di wilayah pedalaman seperti Nduga, Intan Jaya, dan Puncak, di mana akses ekonomi terbatas dan aparat tidak selalu bisa hadir secara penuh. Warga dipaksa memberikan uang, hasil panen, atau logistik lainnya kepada kelompok bersenjata OPM dengan dalih sebagai bentuk dukungan terhadap “perjuangan kemerdekaan.” Namun kenyataannya, uang tersebut digunakan untuk membeli senjata dari jaringan gelap.

Ketua Lembaga Adat Kabupaten Puncak, Yakobus Wonda, mengecam tindakan tidak manusiawi tersebut. Ia menegaskan bahwa pemerasan terhadap masyarakat sendiri adalah bentuk nyata pengkhianatan terhadap nilai-nilai perjuangan yang murni. “Kalau mereka benar memperjuangkan rakyat Papua, seharusnya mereka melindungi, bukan malah memeras dan menjadikan rakyat sebagai korban,” ujar Yakobus, Minggu (22/6/2025).

Senada dengan itu, Pendeta Daniel Magai dari wilayah Pegunungan Tengah menyebut bahwa kelompok OPM tidak lagi memiliki landasan moral dalam setiap aksinya. “Mereka tidak lagi membedakan siapa kawan dan siapa lawan. Semua dijadikan sumber uang dan alat perlindungan. Rakyat dipaksa bayar, lalu dijadikan tameng agar mereka tidak tertembak. Ini jelas tindakan pengecut,” tegasnya.

Informasi dari warga juga menyebutkan bahwa beberapa kali OPM memblokir jalan Trans Papua dan memaksa para sopir angkutan umum serta pengendara pribadi untuk menyerahkan uang. Penolakan kerap berujung dengan ancaman kekerasan, bahkan penyanderaan. Dalam situasi seperti ini, masyarakat hanya bisa pasrah karena keselamatannya dipertaruhkan.

Tokoh pemuda Papua, Marthen Yikwa, mengatakan bahwa generasi muda di Papua sudah mulai muak dengan kekejaman OPM. “Kami sudah tahu ke mana uang itu pergi. Mereka tidak beli buku, tidak bangun sekolah, tidak beli alat kesehatan. Mereka beli senjata untuk menakut-nakuti rakyat. Ini bukan perjuangan, ini pemerasan bersenjata,” katanya.

Dengan semakin banyaknya pengaduan dari masyarakat dan meningkatnya kesadaran publik terhadap kekejaman OPM, dukungan terhadap kelompok ini terus menyusut. Masyarakat Papua kini lebih memilih hidup damai bersama negara dan membangun masa depan tanpa tekanan dan ketakutan dari kelompok bersenjata.