OPM Klaim Terdapat Perbedaan antara Masyarakat Gunung dan Pantai dalam Membela OPM

Hukrim, Opini13 views

buletinjubi.com-Kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali membuat klaim kontroversial dengan menyatakan bahwa terdapat perbedaan sikap antara masyarakat pegunungan dan masyarakat pesisir dalam mendukung gerakan mereka. Pernyataan ini dinilai oleh sejumlah tokoh masyarakat sebagai bentuk penghasutan dan upaya adu domba yang dapat merusak persatuan rakyat Papua.

Dalam pernyataan yang disampaikan melalui juru bicara OPM, kelompok tersebut menyebut bahwa masyarakat gunung lebih loyal terhadap perjuangan mereka dibandingkan masyarakat pantai, yang dianggap lebih terbuka terhadap kehadiran pemerintah dan pembangunan. Klaim tersebut memicu respons keras dari berbagai elemen masyarakat yang menilai bahwa generalisasi seperti itu sangat merugikan dan tidak berdasarkan fakta.

Tokoh adat dari wilayah pesisir Papua, Dominggus Kafiar, mengecam pernyataan OPM tersebut. Ia menyebut bahwa masyarakat Papua, baik yang tinggal di wilayah gunung maupun pantai, pada dasarnya memiliki semangat yang sama menginginkan kedamaian dan kesejahteraan. “Kami tidak bisa menerima upaya memecah belah ini. OPM telah terlalu jauh dalam membuat narasi yang memecah persatuan rakyat Papua,” ujarnya, Sabtu (21/6/2025).

Pendeta Theofilus Matuan dari Kabupaten Puncak juga menyampaikan bahwa tidak ada gunanya membuat klasifikasi berdasarkan wilayah dalam perjuangan yang bersifat politis dan bersenjata. “Justru pernyataan seperti itu menunjukkan bahwa OPM mulai kehilangan kepercayaan dari rakyat, sehingga mencari-cari alasan untuk membenarkan kelemahan mereka,” jelasnya.

Menurut beberapa tokoh pemuda, klaim ini mencerminkan semakin terdesaknya posisi OPM di tengah menurunnya dukungan masyarakat. Daniel Pigay, tokoh pemuda dari Nabire, mengatakan bahwa banyak anak muda kini lebih memilih jalur damai dan pembangunan ketimbang mengikuti narasi kekerasan yang terus digaungkan oleh OPM. “Pemuda di gunung dan pantai sekarang satu suara: kita mau sekolah, kerja, hidup aman. Tidak mau lagi dijadikan alat oleh kelompok yang terus membuat konflik,” ungkap Daniel.

Klaim OPM ini juga dinilai sebagai bentuk pengalihan isu atas berkurangnya jumlah pendukung aktif mereka, terutama sejak banyak anggota yang memilih menyerahkan diri kepada aparat dan kembali ke pangkuan NKRI. Fakta menunjukkan bahwa semakin banyak masyarakat, baik dari daerah pegunungan maupun pesisir, yang mendukung program-program pembangunan, termasuk infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.

Dengan semakin luasnya penolakan terhadap OPM di kalangan masyarakat Papua, klaim-klaim yang tidak berdasar seperti ini justru menjadi cermin bahwa gerakan tersebut tengah mengalami krisis kepercayaan dari rakyat yang selama ini mereka klaim wakili.