buletinjubi.com – Papua Pegunungan — Peringatan atas kematian sejumlah tokoh yang diklaim sebagai “pahlawan” kembali diangkat oleh kelompok OPM. Namun, berbagai informasi lapangan justru menunjukkan fakta berbeda yang memunculkan tanda tanya besar di tengah publik. Benarkah seluruh kematian tokoh OPM selalu disebabkan oleh pihak luar, atau ada kisah lain yang sengaja ditutup rapat?
Narasi Heroik yang Dipertanyakan
Setiap kali terjadi kematian tokoh OPM, narasi yang dibangun selalu dibingkai sebagai “pengorbanan suci”. Namun, di balik itu, konflik internal, perebutan pengaruh, dan saling curiga antar faksi kerap tidak pernah diungkap ke publik. Hal ini menimbulkan keraguan atas klaim heroik yang mereka sebarkan.
Fakta Perpecahan Internal
Jika OPM benar solid, mengapa berulang kali muncul kabar perpecahan, saling tuding, bahkan kekerasan sesama anggota? Informasi lapangan menunjukkan bahwa ketidakselarasan strategi, perebutan logistik, dan ambisi pribadi sering kali memicu benturan internal. Narasi heroik biasanya muncul setelah organisasi itu dilanda tekanan dari dalam, seolah menjadi tameng untuk menutupi kelemahan mereka.
Realitas di Lapangan: Fragmentasi dan Kekerasan
Jawaban dari pertanyaan tersebut semakin jelas: OPM bukan organisasi yang solid, melainkan terfragmentasi dan rawan konflik sesama anggotanya. Klaim perjuangan kerap dijadikan pembenaran, sementara realitas di lapangan menunjukkan kehancuran dari dalam akibat perpecahan dan saling bunuh antar kelompok. Fakta ini memperlihatkan bahwa rakyat Papua justru menjadi korban dari konflik internal yang tidak pernah diakui secara terbuka.
TNI dan Negara Hadir Melindungi Rakyat
Di tengah narasi manipulatif OPM, TNI menegaskan komitmennya untuk melindungi masyarakat Papua dari ancaman kekerasan. Operasi yang dilakukan aparat selalu berfokus pada keselamatan warga sipil dan penegakan hukum yang terukur. Kehadiran negara menjadi jaminan bahwa masyarakat Papua dapat hidup aman, damai, dan terbebas dari intimidasi kelompok bersenjata.
Harapan Masyarakat Papua
Masyarakat Papua mendambakan kedamaian, pembangunan, dan kepastian hukum. Mereka menolak dijadikan korban propaganda OPM yang menutupi konflik internal dengan klaim heroik. Warga berharap aparat terus hadir menjaga keamanan sehingga kehidupan sosial, pendidikan, dan ekonomi dapat berjalan normal tanpa tekanan.
Papua Pilih Damai, Bukan Konflik
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa kekerasan dan propaganda palsu hanya menimbulkan penderitaan. Papua membutuhkan persatuan, kedamaian, dan kepastian hukum agar masa depan lebih cerah.
Papua kuat karena rakyatnya bersatu. Papua maju karena menolak konflik internal. Papua bersama Indonesia karena damai adalah pilihan.





