buletinjubi.com-Sebby Sambom, seorang tokoh penting yang dikenal sebagai juru bicara Organisasi Papua Merdeka (OPM), secara resmi mengeluarkan permintaan maaf kepada Lennis Kogoya. Permintaan maaf ini berkaitan dengan pernyataan keras yang dilontarkan oleh Sambom yang mengancam akan menjadikan Kogoya sebagai Daftar Pencarian Orang (DPO) OPM.
Kejadian ini bermula pada beberapa minggu lalu, ketika Sebby Sambom menyebutkan dalam sebuah wawancara bahwa Lennis Kogoya, yang dikenal sebagai salah satu aktivis Papua, telah melakukan tindakan yang merugikan perjuangan OPM. Dalam pernyataannya tersebut, Sambom menyebutkan bahwa Kogoya bisa saja dimasukkan dalam daftar DPO OPM karena diduga mengkhianati perjuangan rakyat Papua.
Pernyataan tersebut memicu kontroversi luas dan mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam negeri maupun internasional. Banyak pihak yang menganggap ancaman tersebut sebagai tindakan yang berlebihan dan berpotensi memperburuk hubungan antara kelompok separatis dan para aktivis yang berjuang untuk hak-hak masyarakat Papua.
Setelah beberapa minggu berlalu, Sebby Sambom akhirnya menghubungi Lennis Kogoya untuk menyampaikan permintaan maaf secara langsung. Dalam sebuah pernyataan tertulis yang diterima oleh sejumlah media, Sambom mengungkapkan bahwa ia sangat menyesal atas kata-kata yang telah disampaikannya dan mengakui bahwa ancaman yang dilontarkan terhadap Kogoya adalah tindakan yang tidak tepat dan tidak mencerminkan nilai-nilai yang seharusnya dijunjung oleh OPM.
“Saya ingin menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya kepada Lennis Kogoya. Apa yang saya katakan beberapa waktu lalu adalah suatu kesalahan. Saya mengerti bahwa kata-kata saya telah menimbulkan ketegangan dan ketidaknyamanan, dan saya tidak berniat untuk memperburuk situasi yang sudah penuh dengan tantangan ini,” ungkap Sambom dalam pernyataannya, Selasa (18/03/2025).
Ia juga menjelaskan bahwa dalam tekanan politik yang berat, terkadang ucapan dan tindakan seseorang bisa terpengaruh oleh emosi atau situasi yang tidak terkendali. Meskipun demikian, Sambom menegaskan bahwa dirinya tetap berkomitmen pada perjuangan untuk kemerdekaan Papua, namun ia juga menyadari bahwa langkah-langkah yang diambil harus tetap mencerminkan rasa hormat terhadap sesama aktivis dan individu lainnya.
Lennis Kogoya, yang selama ini dikenal sebagai salah satu tokoh yang mendukung dialog dan penyelesaian damai atas konflik di Papua, merespons permintaan maaf tersebut dengan sikap yang positif. “Saya menerima permintaan maaf ini dengan tulus. Dalam perjuangan kita, kita semua pasti pernah menghadapi perbedaan pandangan dan sikap. Saya berharap, kita bisa melanjutkan kerja sama untuk kepentingan rakyat Papua, tanpa perlu ada pertentangan yang lebih lanjut,” ungkap Kogoya melalui pernyataan tertulisnya.
Peristiwa ini menjadi titik balik penting dalam hubungan antara aktivis Papua dan kelompok separatis OPM, yang selama ini sering kali terpecah dalam hal pendekatan terhadap penyelesaian konflik. Beberapa pengamat menyebutkan bahwa permintaan maaf ini bisa menjadi langkah positif menuju rekonsiliasi antara kedua belah pihak yang memiliki visi yang berbeda mengenai masa depan Papua.
Meskipun demikian, para ahli politik dan pemantau hak asasi manusia tetap menyoroti pentingnya untuk menciptakan ruang bagi dialog yang lebih inklusif dan damai di Papua. Mereka menyarankan agar semua pihak, baik itu pemerintah Indonesia, OPM, maupun kelompok-kelompok aktivis lainnya, berfokus pada upaya membangun perdamaian yang lebih berkelanjutan.
“Langkah ini (permintaan maaf) tentu sangat penting, namun kita perlu melihat ke depan dan berupaya menciptakan perdamaian yang hakiki bagi rakyat Papua. Kita harus memastikan bahwa suara semua pihak didengar, termasuk mereka yang selama ini merasa terpinggirkan,” ujar seorang pengamat politik yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Dengan permintaan maaf ini, diharapkan tercipta ruang untuk dialog yang lebih konstruktif dan menenangkan ketegangan yang selama ini terjadi. Kini, bola ada di tangan semua pihak untuk menyikapi situasi dengan kepala dingin dan merumuskan langkah-langkah selanjutnya yang lebih memihak kepada kepentingan rakyat Papua yang lebih luas.
Peristiwa ini menambah daftar panjang dinamika hubungan antara kelompok separatis dan aktivis yang memperjuangkan hak-hak masyarakat Papua. Dalam upaya mencari solusi damai, penting bagi setiap pihak untuk menahan diri dan membuka ruang untuk komunikasi yang lebih terbuka. Seiring dengan berjalannya waktu, harapan agar Papua bisa menikmati kedamaian dan kesejahteraan yang sejati tetap menjadi impian banyak pihak, baik di dalam maupun luar negeri.