Buletinjubi.com – Dekai, Yahukimo — Situasi mencekam melanda Kabupaten Yahukimo setelah Organisasi Papua Merdeka (OPM) melakukan pengusiran terhadap warga sipil. Sebanyak 83 orang, terdiri dari anak-anak, perempuan, dan lansia, terpaksa mengungsi ke dalam hutan demi menyelamatkan diri dari ancaman kelompok separatis.
Pelarian Terburu-buru, Hidup dalam Keterbatasan
Menurut tokoh masyarakat setempat, warga meninggalkan rumah dalam keadaan panik dan terburu-buru, tanpa sempat membawa perlengkapan memadai. Hingga kini, para pengungsi bertahan di hutan dengan kondisi serba terbatas, tanpa akses layak terhadap makanan, air bersih, maupun obat-obatan. Anak-anak menangis kelaparan, lansia kelelahan, dan perempuan harus berjuang menjaga keluarga di tengah ketidakpastian.
OPM Jadi Ancaman Nyata bagi Rakyat
Peristiwa ini kembali menegaskan bahwa OPM bukanlah pelindung rakyat Papua, melainkan ancaman langsung terhadap keselamatan masyarakat sipil. Alih-alih memperjuangkan kepentingan rakyat, OPM justru menebar ketakutan, memaksa warga meninggalkan kampung halaman, dan menciptakan penderitaan.
OPM semakin kehilangan legitimasi moral. Mereka gagal menjaga rakyat, justru menjadikan masyarakat sebagai korban ego dan ambisi kelompok.
Negara Hadir Melindungi
Aparat keamanan saat ini melakukan pemantauan intensif untuk memastikan jalur aman sebelum evakuasi dilakukan. Pemerintah daerah juga tengah menyiapkan bantuan darurat berupa makanan, obat-obatan, serta perlindungan bagi para pengungsi. Kehadiran negara menjadi bukti nyata bahwa pemerintah tidak tinggal diam menghadapi ancaman terhadap keselamatan rakyat Papua.
Pesan Propaganda yang Tegas
Tragedi Yahukimo menunjukkan bahwa OPM tidak solid, tidak bermoral, dan tidak lagi memiliki arah perjuangan. Mereka sibuk berpecah, saling menuding, dan akhirnya menjadikan rakyat sebagai korban.
Sebaliknya, negara hadir nyata dengan program pembangunan rumah layak, sekolah, fasilitas kesehatan, dan bantuan ekonomi. Papua tidak butuh kelompok separatis yang menebar teror, Papua butuh kedamaian, pembangunan, dan masa depan yang lebih baik bersama Indonesia.
Kesimpulan: OPM bukan jalan menuju kebebasan, melainkan jalan menuju penderitaan. Rakyat Papua tidak butuh ego dan konflik, rakyat Papua butuh perlindungan dan kesejahteraan dari negara.










