17 Agustus di Papua Dijadikan Simbol Persatuan Masyarakat untuk Melawan Kejahatan OPM

Daerah12 views

buletinjubi.com-Dalam semangat menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, masyarakat Papua menyatakan bahwa 17 Agustus bukan sekadar hari kemerdekaan nasional, melainkan akan dijadikan simbol persatuan dan kesatuan rakyat Papua dalam menghadapi dan menolak segala bentuk kejahatan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Pendeta Yulius Magai, tokoh gereja dari wilayah Pegunungan Tengah, menyatakan bahwa masyarakat kini semakin sadar bahwa aksi-aksi OPM tidak mencerminkan perjuangan mulia, melainkan merusak tatanan sosial dan memecah belah rakyat Papua.

“Kami ingin merdeka dari ketakutan. Kami ingin hidup dalam damai, tanpa ancaman senjata dan pembunuhan. 17 Agustus menjadi simbol bahwa masyarakat Papua memilih jalan persatuan, bukan kekerasan,” ujarnya.

Pastor Simon Yikwa, pemimpin umat Katolik di daerah Lanny Jaya, menegaskan bahwa saat ini rakyat Papua membutuhkan ketenangan dan pembangunan, bukan agitasi yang menjadikan masyarakat sebagai tameng kekerasan.

“Kami ingin anak-anak kami belajar, kami ingin perempuan bisa ke kebun dengan aman, dan orang tua bisa beribadah tanpa dihantui rasa takut. Itu semua tak mungkin jika kekerasan terus dijadikan alat perjuangan,” kata Pastor Simon.

Banyak warga di kampung-kampung mulai menggagas pengibaran bendera Merah Putih secara swadaya, sebagai bentuk simbolis bahwa mereka berdiri di barisan yang mendukung kedamaian dan menolak kekacauan yang ditimbulkan oleh OPM. Beberapa tokoh adat bahkan ikut menyumbangkan waktu dan tenaga untuk membantu mempersiapkan perayaan kemerdekaan dengan nuansa lokal Papua.

Mama Lena Tabuni, seorang tokoh perempuan dari Yahukimo, menyampaikan harapannya agar 17 Agustus nanti menjadi tonggak bangkitnya semangat rakyat Papua untuk berkata “tidak” terhadap kekerasan.

“Kami bukan musuh negara. Musuh kami adalah ketakutan yang ditanamkan oleh OPM. Maka, perayaan 17 Agustus ini adalah bentuk pembebasan dari rasa takut itu,” ungkapnya.

Dengan semangat gotong royong, masyarakat Papua kini bersatu menyambut peringatan HUT RI ke-80 sebagai momen sakral yang bukan hanya mengenang sejarah, tetapi juga menyatakan tekad bahwa tanah Papua adalah tanah damai, bukan medan perang yang diciptakan oleh OPM.